Bagaimana aku dapat membencimu
Kau terlalu indah untuk kulukai
Kau terpantas untuk kupilih
Kau terbaik untukku berlabuh
walau kau telah mengabaikanku
Aku masih mengenangmu
Perkenalan
Oktober
2011, kisah kita bermula di bulan itu. Aku mengenalmu lewat organisasi yang
menurutku angkuh, OSIS. Saat itu dengan
isengnya aku mencalonkan diri untuk menjadi Ketua OSIS dan kamu adalah ketua
Pemilihan Ketua OSIS. Lihatlah, mulanya bagiku
kamu biasa saja. Aku tidak berpikir apakah kita akan saling memiliki atau bahkan
berpikir sedikit saja tentang menyukaimu. Aku hanya memandangmu sebagai kakak
kelas, sebagai teman biasa. Tapi tidak demikian selanjutnya, ketika tanpa kita sadari kalimat-kalimat
manis mulai meluncur dari candaan kita. Ada sesuatu yang terasa beda. Sesuatu yang
katamu tidak dapat didefinisikan dengan
logika dan tak dapat pula dipikirkan dengan rasional. Apa?
Ketika
aku meninggalkannya demimu
Kamu bilang aku
bidadarimu, lagu indah yang kamu yang nyanyikan untukku. Manis. Tahukah kadang
aku jadi sangat rindu, candu dengan
suara tak merdu yang berusaha kamu buat terdengar enak di telingaku. Apakah kamu
juga merindukan waktu aku bilang kamu adalah imam yang baik? Aku merindukanmu,
begitu menggilaimu.
Saat
itu aku masih punya pacar, namanya Al. Yah memang aku jahat, berbohong padanya
tentang perasaanku ke kamu. Tapi aku tidak pernah bohong padanya kalau aku
menyayanginya, hanya saja sebatas adik. Sungguh memaksaku berkata itu padanya adalah hal yang memuakkan. Aku benci
melakukannya saat itu, aku takut membuat hatinya sedih.Tapi coba kau lihat! Aku
melakukannya, karena aku juga ingin bahagia. Dan jujur saja tentu aku sangat
mencintai kamu. Tampak sangat egois
memang. Oh maafkan aku Al, aku menyayangimu, aku tak bohong tentang itu.
Perjuangan
memalukan
Ingatkah kamu, rasa malu yang kita abaikan, saat
orang-orang jahat menyuarakan kekesalan mereka? Aku berdiri di sampingmu, kamu
berdiri disampingku. Kita tegar. Waktu itu kamu bilang kita akan bisa
menghadapi semua ini. Siapa yang perlu ditakuti? Aku percaya kamu pun tahu
hanya Tuhan yang perlu kita takuti. Aku tak pernah merasa seyakin ini mencintai
laki-laki. Aku benar-benar terhanyut pada pesonamu. Indah. Tampan. Gagah.
Lagu yang kamu
nyanyikan..
Walau badai menghadang,
Ingatlah ku kan selalu setia
menjagamu,
Berdua kita lewati jalan yang
berliku tajam.
Aku
sangat terharu, kamu bilang memang usia
kita muda, namun cinta soal hati. Biar mereka bicara, telinga kita terkunci.
Jika demikian aku jadi tidak punya pikiran kamu akan meninggalkanku. Aku yakin
padamu. Kamu terhebat. Kita akan kuat, kamu pondasi bangunan hatiku. Ingatlah
hal yang sederhana itu.
Hal-hal
manis
Aku suka hal-hal kecil yang kita lakukan, itu manis.
Pagi
hari, dengan sukacita aku memasak makanan untukmu. Menjaga kebersihan makanan
itu biar kamu tidak sakit gara-gara makanan yang aku buat. Mengantarkannya
untukmu. Sadar tidak aku selalu memperhatikan kamu saat makan? Aku senang kamu
menyukai makananku. Kalau sudah begitu, rasa kenyang cukup dengan melihatmu
makan. Itu cukup kok. Kadang, teman-temanku sampai protes sama aku. Mereka
tidak suka jika makanan yang aku masak selalu diperuntukkan buat kamu. Tidak
adil ya? Maaf teman-teman…
Lalu,
saat hujan deras sore hari dan kita masih di sekolah. Mengingat langkah-langkah
kecil kita menyusuri jalanan berkerikil lapangan sekolah.Anehnya kita tidak
memilih berjalan di koridor. Payung biru
yang kamu genggam ditangan kananmu, tangan kirimu menggenggam tanganku. Bahkan
aku lupa udara dingin begitu menusuk-nusuk kulitku kala itu.
Dan
lagi ketika kamu menyuruhku tidak menunggumu di halte bis, kamu khawatir aku
telat. Aku akan bilang “Nggak kenapa kok
aku telat, aku nggak takut telat selama telatnya bareng sama kamu. Toh
dihukumnya cuman lari, aku malah seneng kalo bisa lari sama kamu.” Lalu
kamu akan berlari turun dari bis, menarik tanganku dan kita akan berlari
sekencang-kencangnya. Kalau aku lelah, kamu berhenti sebentar, bertanya apakah
aku baik-baik saja. Aku takkan bisa bilang bahwa itu buruk, melihatmu di
hadapanku aku yakin semuanya baik-baik saja. Untungnya gerbang belum tertutup
ketika kita datang, fiuh.
11
11 11, Jum’at
“Aku suka hari
Jumat.” kataku.
“Aku juga.”
“Kenapa?”
“Aku lahir hari Jumat.”
“Aku juga,”
Hei lihat, kita
punya beberapa persamaan. Pernah kamu hitung jumlah huruf pada namamu dan
namaku? Ternyata sama. Baharudin Yusuf. Norma Handayani. Aku menyukai hal-hal
yang sama pada kita. Sangat suka. Dan perbedaan di diri kita, tentunya. Aku
rasa kamu dan aku cocok. Kita saling melengkapi, iya kan?
Aku makin menyukai Jumat apalagi Jumat itu, 11 November
2011. Kamu mendatangiku, memeluk pundakku sambil bilang I LOVE YOU. Memerah rona
wajahku, membuatku malu saat kamu bilang demikian didepan teman-teman
perempuanku. Aku hampir menangis bahagia, tapi aku sangat malu. Masih
memikirkan tempat dimana kita berada. Bayangkan saja, di depan ruang olahraga,
saat jam pelajaran olahraga kelasku.
Resmi sudah. Kita
sepasang kekasih, aku suka kalimat pernyataan itu. Tapi aku lebih suka
kalimat-kalimat yang kamu katakan padaku. Aku suka kalau kamu manggil aku
“Sayang”. Aku juga suka emoticon kiss :*
yang kamu ketik di SMS. Aku suka kacamatamu. Aku suka harum parfummu. Aku suka
hidungmu. Aku suka suaramu yang tidak merdu. Aku suka kulitmu yang lebih putih
dari kulitku. Aku suka semuanya yang ada di kamu. Apapun itu, walau kadang kamu
menyebalkan juga. Tapi aku tetap suka.
Kamu
mulai aneh
Rasanya menyenangkan memikirkanmu. Aku juga tidak pernah
bosan menceritakan kamu pada teman-temanku, pada orangtuaku, bahkan pada adikku
walau dia kadang tidak mempedulikan aku bercerita. Hal-hal bodoh yang sering
kita lakukan membuatku selalu ceria. Lagu-lagu aneh yang sering kamu coba
nyanyikan. Nadanya tidak beraturan. Ahh tapi justru suara-suara itu yang
membuatku selalu merindukanmu. Saat pandangan kita bertaut mesra. Aku diam,
kamu juga mulai diam. Waktu terjadi seperti itu biasanya tiba-tiba kita akan
bilang saling sayang.
“Aku
menyayangimu..”
“Aku juga”
Tapi sepertinya kamu
agak aneh. Iya, kamu jadi aneh. Semakin hari, kamu bersikap semakin aneh. Kamu
kenapa sih?
Nggak papa kok katamu. Apa benar seperti itu? Aku sedikit
cemas denganmu. Atau aku mulai mencemskan diriku sendiri yang ketakutan. Aku
bahkan tidak sempat dan tidak mau menyempatkan diri memikirkan kamu akan pergi
dariku. Tapi apa yang akan terjadi kita tidak tahu. Tidak kamu, tidak juga aku.
Kita sama-sama tidak tahu.
Kalau
aku bilang aku tidak ingin kehilanganmu
apakah itu egois? Aku harap tidak. Aku hanya begitu menyayangmu, mencintaimu,
ingin terus bersamamu. Benar, aku ingin terus memilikimu. Bukan untuk memenuhi
keegoisanku apalagi nafsu. Semua itu karena aku ingin mengasihimu, tanpa
kemunafikan.
Tuhan..
Norma sayang sama Bahar
Norma harap Bahar juga sayang sama
Norma
Tuhan..
Bahar sangat mencintai-Mu, bolehkah
Norma meminta secuil cintanya Bahar?
Terima kasih Tuhan
Kekasihku
tercinta, Baharudin Yusuf, perlahan kamu menjauh. Aku benci sekali saat kamu
bilang kamu sibuk. Aku benci kalau SMSku tidak lagi kamu balas. Aku benci kamu
tidak mempedulikanku. Aku salah apa? Apa aku perlu meyakinkanmu lagi kalau aku
sayang kamu? Perlukah aku mendatangi ruang OSIS untuk sekedar bilang hei aku kangen kamu, kamu kemana saja? Ah
menyebalkan. Aku kangen kamu yang dulu.
Dua
minggu
Minggu
kedua, kamu melakukannya dengan baik. Membuat dirimu menjauh dariku adalah cara
terbaik membuatku terus mengeluh. Membuat diri kita sama-sama jengah. Kamu
lelah, apalagi aku. Salah apa aku? Kamu dan Tuhan yang tahu. Kamu diam saja,
membuatku jadi tampak bodoh menunggu kamu. Aku biarkan kamu, kamu pun
menelantarkan aku. Hebat.
Maaf kalau aku cuek, tapi memang
begini keadaanku. Apa mungkin aku berubah? Aku akan berusaha menjadi lebih baik
untukmu. Aku senang kamu menyadarinya. Aku senang kamu mau
berjanji seperti itu. Tapi aku tidak lagi senang karena sadar semua itu hiburan
sementara buatku.
Tepat
dua minggu, Jumat, 25 November 2011.
Selamat atas 2 minggu kebersamaan
ini kekasihku Baharudin Yusuf.
Hari tiba penuh duka.
Luka hati tak berdarah.
Lebam kekecewaan tak menampakkan
warna.
Kau pergi begitu saja
Aku
terjaga dan menyadari aku harus bahagia karena hari itu Jumat, 25 November 2011 aku dan kamu merayakan 2 minggu hari
kebersamaan kita. Ah aku diam saja menunggumu menyapaku lebih dulu. 1 jam, 2
jam, berjam-jam kamu diam. Aku jadi kesal sendiri dan mulai memukul-mukulkan
telepon genggamku diatas bangku kelas. Aku memulai.
“Ternyata udah 2 minggu. Nggak terasa”
“Iya, hehe.”
“Tapi nggak kayak pacaran ya, ehm…”
“Mungkin aku belum siap untuk
pacaran.”
“Terus maumu apa?”
“Kalo sahabatan…”
“Oke nggakpapa”
Aku
masih baik-baik saja. Aku tidak sampai jatuh pingsan karena kaget, aku bahkan
tidak menangis. Hanya merasa sedikit kehilangan. Aku tidak berbuat apa-apa. Aku
tidak bertanya mengapa padamu.
Namun ketika aku berdiri tegak dengan
kau disampingku, seketika saja kau berlari meninggalkanku. Membiarkan aku tertunduk
lesu dan sendu. Apakah kau pernah berpikir, segala asa yang kau cipta membuatku
candu?
Tahukah
kamu, meski kamu dan aku bukan apa-apa lagi seperti dulu, aku masih
memikirkanmu. Kadang aku belum ingin terpejam, masih ingin ingat rautmu, senyum
lugu yang buatku menggebu. Aroma kasih yang berbalut seteru. Dulu, dulu terjadi
dimana kita saling memahami. Aku jadi kangen sekali sama kamu. Kata seorang
temanku, kamu dan aku belum berakhir. Kita hanya lagi mencari pemahaman. Kita
memang cerita tanpa akhir. Kuharap begitu..