Minggu, 24 Juli 2011

Buat yang terakhir


Aku nggak  pernah punya alasan kenapa aku sangat  mencintainya. Dia cowok biasa, hanya itu. Dia suka futsal, dia suka ngeband, dan dia juga kadang kepergok merokok. Dia emang sama aja dengan cowok lain. Tapi orang-orang selalu saja berpikir aku menjadi pacarnya karena dia kaya dan keren. Semuanya salah, aku cinta dia karena aku cinta dia, tidak ada alasan apapun, tulus. Aku harap dia demikian.
2 tahun lalu saat kami kelas 12, dia dikeluarkan dari sekolah karena terlibat tawuran.   Aku sempat depresi berat kenapa dia nakal banget padahal aku selalu jadi juara kelas. Dia dan aku, kita emang beda. Dia suka music rock, aku hanya menyukai music jazz. Aku selalu menghindari makanan pedas, tapi dia malah tergila-gila dengan sambal. Memang berbeda, sangat beda. Bahkan yang aku percaya bukanlah yang dia percaya, Tuhan. Dia hanya anggap Tuhan sebagai rekayasa. Dia anggap Tuhan hanyalah pelarian untuk orang-orang yang bersedih dan bodoh. Dia selalu nakal…
@@@
Akhir-akhir ini dia sangat emosional. Keadaan rumah yang memuakan dan tugas-tugas kuliah yang membuatnya gila selalu memancing amarahnya dan membuatnya jadi emosional. Aku paham itu. Dia memang jarang merasakan rumah yang tenang dan damai karena orangtuanya tak pernah berhenti bertengkar. Hanya aku dan beberapa teman ngebandnya yang dapat menghibur dia jika sedang bermasalah. Terkadang aku yang mengerjakan tugas kuliahnya jika dia sedang benar-benar kacau. Aku selalu sabar menghadapinya, membantunya, menghiburnya dengan tuturku yang halus dan pelukan hangat jika dia mulai berteriak-teriak. Dia tampak kuat di luar, tapi jiwanya masih teramat labil.
Dua tahun pacaran kupikir akan membuat dia pengertian denganku, tapi ternyata salah. Sifatnya yang kekanak-kanakan kadang sangat mengesalkan dan membuatku lelah. Aku yang seharusnya marah, tapi malah dia yang memusuhiku. Jika begitu, aku akan membiarkan dia sendiri sampai dia sadar dan  mendatangiku untuk meminta maaf. 
Siang itu dia mendatangi kelasku dan menarik tanganku seusai mata kuliah terakhir. Wajahnya suram, lagi-lagi dia sedang jengkel pada orangtuanya.
“Masalah apa lagi Sayang?” aku bertanya padanya
“Apa susahnya sih ngeluarin duit buat beli mobil?! Toh mobil gue udah butut gitu! Sialan lah….!” Dia bicara keras-keras penuh amarah
“Ssstt… kamu nggak boleh ngomong seperti itu. kamu harusnya bersyukur Deni-ku sayang. Kamu punya mobil juga masih bisa jalan. Banyak orang pengen punya mobil ehh nggak kesampean.” Ceramahku sambil menempelkan ujung jari telunjukku di bibirnya.
“lah itu mah urusan mereka, kenapa nggak kredit ato gimana kek. Gue nggak peduli ama orang-orang itu.” oceh dia terus
“Udahlah mobil kamu juga nggak butut-butut amat, masih bisalah buat ngecengin cewek.” Godaku pada Deni.
Akhirnya dia dan aku sama-sama terkekeh. Lalu dia mengajakku makan siang.
Di tempat makan favorit kami, sebuah restoran Jepang…
“Kenapa kamu mau bertahan sama aku?” tanyanya tiba-tiba padaku
“Ehmm.. kenapa ya? Apa mungkin karena ada lem di kamu makanya aku nggak pindah, hehe” candaku menjawab pertanyaannya
“Ah Hana, berhenti deh ngomong nggak penting gitu.” Kedengaran agak sewot
“Iya iya. Maaf” jawabku
“Iya nggak papa” lalu dia tersenyum. Aku memandanginya, melihatnya seksama. Dia memang sedang menginginkan suasana serius. Lalu aku menjawab
“Aku jawab bercanda karena kamu pasti udah tahu apa jawabannya.”
“Apa?” tanyanya lagi
“Cinta.” Kujawab
“Ahh cinta, iya benar, kamu sangat cinta aku.” Jawabnya lagi
“Kenapa? Kamu nggak percaya?” aku mulai gelisah
“ohh bukan, bukan begitu. Aku sangat percaya. Aku yakin itu bener.” Jawabnya. Seketika saja perasaan gelisah itu menguap.
“Kenapa kamu jadi sangat serius Den?” aku penasaran
“Apanya? Ah biasa aja kok. Terus aku boleh tanya lagi nggak?”
“Iya. Tanya aja.”
“Kenapa kamu cinta aku?” pertanyaan yang baru saja dia ucapkan membuat kau agak bingung. Aku berpikir sejenak. Aku menghela napas, lalu berkata
“Aku nggak tahu”
“Hah? Kok nggak tahu sih? Ayolah… jangan rahasia-rahasiaan gitu.” Dia tidak terima dengan jawabanku
“Aku nggk lagi rahasia-rahasiaan sama kamu Den. Aku jujur. Tadi aku mikir cukup lama, aku bingung waktu kamu tanya gitu. Kenyataannya aku nggak tahu kenapa cinta sama kamu. Aku cuman cinta kamu, iya, itu alasanku cinta kamu.” Jawabku
“Ahh pusing, muter-muter ngomongnya. Nggak menjawab pertanyaanku tuh.” Dia nyerah
“Yah kalo sederhananya sih cintaku nggak beralasan.” Aku sedikit tersenyum padanya saat dia dengan wajah konyol pura-pura ngambek karena jawabanku sebelumnya. Lalu dia membalas senyumanku. Percakapan itu berlanjut tentang apa saja yang kami lakukan di tempat berbeda sampai siang itu.
@@@

Pagi hari, aku bangun dengan sekujur tubuhku terasa linu. Kulihat beberapa helai rambut tertinggal diatas bantal. Aku tidak peduli, segera mengambil air wudhu dan solat Subuh. Tepat pukul 5.30 aku segera bersiap untuk berangkat kuliah. Di teras rumah aku menunggu Deni. Dia bilang akan datang jam 7 kurang. Dia tidak datang sampai pukul 7 lebih. Aku meneleponnya tapi HPnya tidak aktif. Aku memutuskan untuk berangkat sendiri.
Aku membuka jendela di sampingku agar tidak terlalu pengap. Dari dalam bis aku memperhatikan kendaraan di sekitarku. Saat itulah, aku melihat sepasang laki-laki dan perempuan yang berboncengan. Mula-mula aku tidak menghiraukannya. Tapi aku mulai mengenal laki-laki itu. memang dia memakai helm, tapi aku hafal betul bentuk tubuhnya, sepatunya, kemejanya, itu Deni. Dia bersama seorang perempuan berpenampilan sangat menarik dengan sikap mereka yang begitu mesra. Aku berteriak memanggilnya dari dalam bis. Tapi mereka telah melaju meninggalkan tempatku berada. Dadaku sesak, aku menangis, bahkan aku tidak peduli dengan orang-orang disekitarku yang sejak aku berteriak memanggil Deni telah memeperhatikanku.
Aku berjalan dengan terseok-seok menuju ruang kelas. Mataku masih lembab, aku ingin bertemu Deni. Aku ingin tahu apa benar tadi yang kulihat adalah Deni. Aku meneleponnya lagi, masih tidak aktif. Aku benar-benar sedih. Lalu aku jadi malas ke kelas, aku duduk di taman. Hingga tiba-tiba seseorang mendekapku dari belakang. Aku berbalik dan kulihat Deni berdiri disana.
“Loh, kamu kenapa?” Deni panic melihatku menangis. Aku diam. Aku benar, yang kulihat tadi adalah Deni. Melihatnya dengan pakaian yang sama dengan laki-laki tadi, aku yakin. Aku bangkit dan pergi meninggalkannya. Dia berlari mengikutiku, dia masih bingung dengan sikapku dan terus bertanya aku kenapa. Lalu aku bicara sambila amrah-marah padanya
“Kemana kamu pagi ini?! Kenapa kamu nggak jemput aku?! Kenapa HP kamu mati?! Kenapa hah?!!”
“A..a..ku tadi nganter mama ke rumah Eyang, maaf. HPku juga lupa aku charge.” Dia berbohong
“Jujur Den…” suaraku lirih.
“A..a..ku jujur kok. Kenapa sih kamu?” jawabnya lagi, kalimat bohong yang mengecewakanku.
“Aku lihat kamu jalan sama cewek lain pagi ini. Aku nggak tahu siapa dia, dan jelas bukan mamamu, aku lihat Den. Kamu bohong sama aku, aku kecewa. Kamu nggak usah menyangkal lagi.” Aku berkata padanya
“Oke, iya bener aku pergi sama Sharon. Dia pacar baruku. Kamu tahu kenapa aku gini? Aku bosen sama kamu tau!” jawabannya yang semakin membuatku sedih.
“We were done!” aku berteriak di hadapannya.
“Oke.” Jawabnya mudah.
 Aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku menangis melihat tubuh angkuhnya itu berjalan meninggalkanku. Aku masih mencintainya, dia yang baru saja berlalu.
@@@
Hatiku remuk, 2 tahunku terasa sangat sia-sia. Dia tega, sangat tega padaku padahal aku selalu mencintainya. Aku larut dalam kesedihanku. Ada perasaan benci, dendam, menyesal menggelayuti jiwaku. Sampai aku pun tidak sadar bahwa ada penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhku, Leukimia. Ketika aku merasa sangat kesakitan, aku ke dokter dan terkejut mendapati hasil pemeriksaannya adalah Leukimia.
Rambutku yang hitam dan indah perlahan tanggal dari kulit kepalaku. Rasa pusing dan mimisan pun telah menemani hari-hariku.  

makan kyukpiuk alias krupuk

hari ini, gue niat mau nonton acara lomba 17.an di kampong gue. gue pikir yyang bakal ikutan cuman anak-anak maksimal SMP. hehe lahdalah ternyata gue juga diseret buat ikutan lomba, ceilehh
sebenernya gue siap dan suka buat ikutan lomba, gue cuman khawatir ama GIGI gue ajah hehe
oopsss, hebat loh nih, ajai, gue meang,, entah karena gue emang hebat apa gue doyan and laper,, yeyeye berkasil oye :D

Jumat, 22 Juli 2011

ultah gue

nothin special, temen2 nggak tau gue ultah hehe
cuma 2 orang temen SMP gue yang ngucapin. tapi gue seneng, bukan apa2 lah,., yang penting gue bahagia dan sehat.
wish me all the best
i love my life
:)

Jumat, 01 Juli 2011

Kerangka LIBURAN


-          Berangkat dari rumah jam setengah 7 pagi, hari sabtu 25 juni
-          Ketemuan di sri ratu ama Nepi, Wus, Rineta
-          Jalan ke rineta’s home dulu
-          Ke stasiun poncol jam 8 kurang 15, jalan kaki 15 menitan sampe jam 8an
-          Ngantri beli tiket 5 pandanwangi
-          Sambil nugu wus beli, bertiga makan, habis beli dia ikut nimbrung
-          Makan sambil dilemma knapa Nila nggak dateng2
-          2 tiket 3 dan 2 orang, 3 orang masuk (gw, Wus, Rineta), nepi diluar
-          Kereta 5 menit lagi dateng, jam 9 lebih 15an
-          Nila dateng bareng kereta dateng, nggak pake jilbab
-          Berangkat dari stasiun jam 9.20an
-          Nggak dapet tempat duduk, duduk di bawah
-          Sampe solo jam setengah 1, solo balapan
-          Beli tiket ke jogja , niat prameks, tapi dapet madiun jaya
-          Berangkat jam 3 kurang 15
-          Sampe jogja jam 4 stasiun tugu
-          Nyasar belok kiri dari stasiun
-          Tanya pak pol
-          Balik lagi ke stasiun jam 5 , ternyata malioboro cuman sbelah kanan dikit
-          Nyari tempat nginep
-          Maghrib, rencana gag tidur di penginapan, pada penuh dan mahal
-          Jalan2 ke malioboro, alun2 jga
-          Nepi ma nila bikin tato
-          Smpe jam setengah 12, tidur di stasiun
-          Nepi ma Nila kenalan ma Bang Dian, nyari es teh
-          Jam setengah 3 gw, Wus, Rineta bangun dan Nila hape.a ilang
-          Setengah 4, gw ma Nepi tidur d musola
-          Solat subuh, trus tdur lagi
-          Jam setengah 6 siap2 pulang
-          Pesen tiket prameks ke solo jam stengah 11
-          Sebelumnya jalan2 lagi k malioboro
-          Beli bakpia, naek becak sebecak berlima bayar 5rb
-          Ke stasiun jam 10 kurang
-          Kereta Prameks dateng jam 10 lebih dikit
-          Berangkat k Solo jam 10.35
-          Nyampe Solo jam 12.45
-          Beli tiket pandanwangi , brangkat jam 2
-          Kereta rusak, turun lagi trus makan
-          Kereta ganti dateng jam 4an kurang
-          Nyampe semarang jam setengah 7 stasiun poncol
-          Naek isuzu sama Wus dan nyampe rumah jam 7
-           
-           
-