Senin, 19 Maret 2012

CERITA TANPA AKHIR



Bagaimana aku dapat membencimu
Kau terlalu indah untuk kulukai
Kau terpantas untuk kupilih
Kau terbaik untukku berlabuh
walau kau telah mengabaikanku
Aku masih mengenangmu

Perkenalan
Oktober 2011, kisah kita bermula di bulan itu. Aku mengenalmu lewat organisasi yang menurutku angkuh, OSIS. Saat itu  dengan isengnya aku mencalonkan diri untuk menjadi Ketua OSIS dan kamu adalah ketua Pemilihan Ketua OSIS.  Lihatlah, mulanya bagiku kamu biasa saja. Aku tidak berpikir apakah kita akan saling memiliki atau bahkan berpikir sedikit saja tentang menyukaimu. Aku hanya memandangmu sebagai kakak kelas, sebagai teman biasa. Tapi tidak demikian selanjutnya,  ketika tanpa kita sadari kalimat-kalimat manis mulai meluncur dari candaan kita. Ada sesuatu yang terasa beda. Sesuatu yang katamu tidak dapat didefinisikan dengan logika dan tak dapat pula dipikirkan dengan rasional. Apa?

Ketika aku meninggalkannya demimu
            Kamu bilang aku bidadarimu, lagu indah yang kamu yang nyanyikan untukku. Manis. Tahukah kadang aku jadi sangat rindu, candu dengan suara tak merdu yang berusaha kamu buat terdengar enak di telingaku. Apakah kamu juga merindukan waktu aku bilang  kamu adalah imam yang baik? Aku merindukanmu, begitu menggilaimu.
Saat itu aku masih punya pacar, namanya Al. Yah memang aku jahat, berbohong padanya tentang perasaanku ke kamu. Tapi aku tidak pernah bohong padanya kalau aku menyayanginya, hanya saja sebatas adik. Sungguh memaksaku berkata itu padanya  adalah hal yang memuakkan. Aku benci melakukannya saat itu, aku takut membuat hatinya sedih.Tapi coba kau lihat! Aku melakukannya, karena aku juga ingin bahagia. Dan jujur saja tentu aku sangat mencintai kamu.  Tampak sangat egois memang. Oh maafkan aku Al, aku menyayangimu, aku tak bohong tentang itu.

Perjuangan memalukan
            Ingatkah kamu, rasa malu yang kita abaikan, saat orang-orang jahat menyuarakan kekesalan mereka? Aku berdiri di sampingmu, kamu berdiri disampingku. Kita tegar. Waktu itu kamu bilang kita akan bisa menghadapi semua ini. Siapa yang perlu ditakuti? Aku percaya kamu pun tahu hanya Tuhan yang perlu kita takuti. Aku tak pernah merasa seyakin ini mencintai laki-laki. Aku benar-benar terhanyut pada pesonamu. Indah.  Tampan. Gagah.
Lagu yang kamu nyanyikan..
Walau badai menghadang,
            Ingatlah ku kan selalu setia menjagamu,
Berdua kita lewati jalan yang berliku tajam.
Aku sangat terharu, kamu bilang memang usia kita muda, namun cinta soal hati. Biar mereka bicara, telinga kita terkunci. Jika demikian aku jadi tidak punya pikiran kamu akan meninggalkanku. Aku yakin padamu. Kamu terhebat. Kita akan kuat, kamu pondasi bangunan hatiku. Ingatlah hal yang sederhana itu.

Hal-hal manis
            Aku suka hal-hal kecil yang kita lakukan, itu manis.
Pagi hari, dengan sukacita aku memasak makanan untukmu. Menjaga kebersihan makanan itu biar kamu tidak sakit gara-gara makanan yang aku buat. Mengantarkannya untukmu. Sadar tidak aku selalu memperhatikan kamu saat makan? Aku senang kamu menyukai makananku. Kalau sudah begitu, rasa kenyang cukup dengan melihatmu makan. Itu cukup kok. Kadang, teman-temanku sampai protes sama aku. Mereka tidak suka jika makanan yang aku masak selalu diperuntukkan buat kamu. Tidak adil ya? Maaf teman-teman…
Lalu, saat hujan deras sore hari dan kita masih di sekolah. Mengingat langkah-langkah kecil kita menyusuri jalanan berkerikil lapangan sekolah.Anehnya kita tidak memilih berjalan di koridor.  Payung biru yang kamu genggam ditangan kananmu, tangan kirimu menggenggam tanganku. Bahkan aku lupa udara dingin begitu menusuk-nusuk kulitku kala itu.
Dan lagi ketika kamu menyuruhku tidak menunggumu di halte bis, kamu khawatir aku telat. Aku akan bilang “Nggak kenapa kok aku telat, aku nggak takut telat selama telatnya bareng sama kamu. Toh dihukumnya cuman lari, aku malah seneng kalo bisa lari sama kamu.” Lalu kamu akan berlari turun dari bis, menarik tanganku dan kita akan berlari sekencang-kencangnya. Kalau aku lelah, kamu berhenti sebentar, bertanya apakah aku baik-baik saja. Aku takkan bisa bilang bahwa itu buruk, melihatmu di hadapanku aku yakin semuanya baik-baik saja. Untungnya gerbang belum tertutup ketika kita datang, fiuh.

11 11 11, Jum’at

            Aku suka hari Jumat.” kataku.
            “Aku juga.”
            “Kenapa?”
            “Aku lahir hari Jumat.”
            “Aku juga,”
            Hei lihat, kita punya beberapa persamaan. Pernah kamu hitung jumlah huruf pada namamu dan namaku? Ternyata sama. Baharudin Yusuf. Norma Handayani. Aku menyukai hal-hal yang sama pada kita. Sangat suka. Dan perbedaan di diri kita, tentunya. Aku rasa kamu dan aku cocok. Kita saling melengkapi, iya kan?
            Aku makin menyukai Jumat apalagi Jumat itu, 11 November 2011. Kamu mendatangiku, memeluk pundakku sambil bilang  I LOVE YOU. Memerah rona wajahku, membuatku malu saat kamu bilang demikian didepan teman-teman perempuanku. Aku hampir menangis bahagia, tapi aku sangat malu. Masih memikirkan tempat dimana kita berada. Bayangkan saja, di depan ruang olahraga, saat jam pelajaran olahraga kelasku.
            Resmi sudah. Kita sepasang kekasih, aku suka kalimat pernyataan itu. Tapi aku lebih suka kalimat-kalimat yang kamu katakan padaku. Aku suka kalau kamu manggil aku “Sayang”. Aku juga suka emoticon kiss :* yang kamu ketik di SMS. Aku suka kacamatamu. Aku suka harum parfummu. Aku suka hidungmu. Aku suka suaramu yang tidak merdu. Aku suka kulitmu yang lebih putih dari kulitku. Aku suka semuanya yang ada di kamu. Apapun itu, walau kadang kamu menyebalkan juga. Tapi aku tetap suka.

Kamu mulai aneh
            Rasanya menyenangkan memikirkanmu. Aku juga tidak pernah bosan menceritakan kamu pada teman-temanku, pada orangtuaku, bahkan pada adikku walau dia kadang tidak mempedulikan aku bercerita. Hal-hal bodoh yang sering kita lakukan membuatku selalu ceria. Lagu-lagu aneh yang sering kamu coba nyanyikan. Nadanya tidak beraturan. Ahh tapi justru suara-suara itu yang membuatku selalu merindukanmu. Saat pandangan kita bertaut mesra. Aku diam, kamu juga mulai diam. Waktu terjadi seperti itu biasanya tiba-tiba kita akan bilang saling sayang.
            “Aku menyayangimu..”
            “Aku juga”
Tapi sepertinya kamu agak aneh. Iya, kamu jadi aneh. Semakin hari, kamu bersikap semakin aneh. Kamu kenapa sih?
            Nggak papa kok  katamu. Apa benar seperti itu? Aku sedikit cemas denganmu. Atau aku mulai mencemskan diriku sendiri yang ketakutan. Aku bahkan tidak sempat dan tidak mau menyempatkan diri memikirkan kamu akan pergi dariku. Tapi apa yang akan terjadi kita tidak tahu. Tidak kamu, tidak juga aku. Kita sama-sama tidak tahu.
Kalau aku bilang aku tidak ingin kehilanganmu apakah itu egois? Aku harap tidak. Aku hanya begitu menyayangmu, mencintaimu, ingin terus bersamamu. Benar, aku ingin terus memilikimu. Bukan untuk memenuhi keegoisanku apalagi nafsu. Semua itu karena aku ingin mengasihimu, tanpa kemunafikan.
Tuhan..
Norma sayang sama Bahar
Norma harap Bahar juga sayang sama Norma
Tuhan..
Bahar sangat mencintai-Mu, bolehkah Norma meminta secuil cintanya Bahar?
Terima kasih Tuhan
Kekasihku tercinta, Baharudin Yusuf, perlahan kamu menjauh. Aku benci sekali saat kamu bilang kamu sibuk. Aku benci kalau SMSku tidak lagi kamu balas. Aku benci kamu tidak mempedulikanku. Aku salah apa? Apa aku perlu meyakinkanmu lagi kalau aku sayang kamu? Perlukah aku mendatangi ruang OSIS untuk sekedar bilang hei aku kangen kamu, kamu kemana saja? Ah menyebalkan. Aku kangen  kamu yang dulu.

Dua minggu
Minggu kedua, kamu melakukannya dengan baik. Membuat dirimu menjauh dariku adalah cara terbaik membuatku terus mengeluh. Membuat diri kita sama-sama jengah. Kamu lelah, apalagi aku. Salah apa aku? Kamu dan Tuhan yang tahu. Kamu diam saja, membuatku jadi tampak bodoh menunggu kamu. Aku biarkan kamu, kamu pun menelantarkan aku. Hebat.
Maaf kalau aku cuek, tapi memang begini keadaanku. Apa mungkin aku berubah? Aku akan berusaha menjadi lebih baik untukmu. Aku senang kamu menyadarinya. Aku senang kamu mau berjanji seperti itu. Tapi aku tidak lagi senang karena sadar semua itu hiburan sementara buatku.
Tepat dua minggu, Jumat, 25 November 2011.
Selamat atas 2 minggu kebersamaan ini kekasihku Baharudin Yusuf.
Hari tiba penuh duka.
Luka hati tak berdarah.
Lebam kekecewaan tak menampakkan warna.
Kau pergi begitu saja

Aku terjaga dan menyadari aku harus bahagia karena hari itu Jumat, 25 November  2011 aku dan kamu merayakan 2 minggu hari kebersamaan kita. Ah aku diam saja menunggumu menyapaku lebih dulu. 1 jam, 2 jam, berjam-jam kamu diam. Aku jadi kesal sendiri dan mulai memukul-mukulkan telepon genggamku diatas bangku kelas. Aku memulai.
“Ternyata udah 2 minggu. Nggak terasa”
“Iya, hehe.”
“Tapi nggak kayak pacaran ya, ehm…”
“Mungkin aku belum siap untuk pacaran.”
“Terus maumu apa?”
“Kalo sahabatan…”
“Oke nggakpapa”
Aku masih baik-baik saja. Aku tidak sampai jatuh pingsan karena kaget, aku bahkan tidak menangis. Hanya merasa sedikit kehilangan. Aku tidak berbuat apa-apa. Aku tidak bertanya mengapa padamu.
Namun ketika aku berdiri tegak dengan kau disampingku, seketika saja kau berlari meninggalkanku. Membiarkan aku tertunduk lesu dan sendu. Apakah kau pernah berpikir, segala asa yang kau cipta membuatku candu?
Tahukah kamu, meski kamu dan aku bukan apa-apa lagi seperti dulu, aku masih memikirkanmu. Kadang aku belum ingin terpejam, masih ingin ingat rautmu, senyum lugu yang buatku menggebu. Aroma kasih yang berbalut seteru. Dulu, dulu terjadi dimana kita saling memahami. Aku jadi kangen sekali sama kamu. Kata seorang temanku, kamu dan aku belum berakhir. Kita hanya lagi mencari pemahaman. Kita memang cerita tanpa akhir. Kuharap begitu..