Kamis, 04 Agustus 2011

my little prince

Aku ingin kau tahu seberapa besar aku mencintaimu . sejak tahun 2009 saat kita berkenalan lewat chatting, sampai pertemuan kita pertama kali, saat jabatan tanganmu pertama kali, senyummu yang mengulum simpul, indah dan maniss.. hingga kini aku selalu mencintamu , selalu dan selalu..........
Pernahkah berpikir bagaimana aku dapat mengagumimu ? segala yang tampak padamu adalah apa adanya, kekonyolanmu,
tawa nyaringmu, desah nafasmu, untaian kalimat syahdumu, aku takkan mampu lupa, aku tidak sanggup,
aku mencintaimu apa adanya, tanpa alasan, I DO LOVE U !
Hanya dengan melihat gambarmu, dengan itu aku tersenyum, dengan serpihan ingatanku padamu aku terbahak,
kamu memang sangat manis :')
Aku akan terisak jika kau terluka, aku akan sendu jika kau pun pilu, aku akan tersenyum hanya dengan mendengar
kabarmu baik2 saja :')
Aku memang benar-benar gila…
Bagaimana semerbak wangimu mampu buatku mengagumimu
Bagaimana sebentuk kecil bibirmu sanggup buatku terpana saat kau mulai berkata
Bagaimana jemari-jemari lentikmu itu mampu menggetarkanku kala bersalaman denganmu
Aku terlalu angkuh untuk mengakuinya , atau aku memang terlalu hina untuk menggapaimu ,
entahlah aku tak peduli bagaimana kau melihatku ?akankah kau hanya melihatku sebagai seonggok daging tanpa nyawa
atau sebagai gadis tak tahu malu. aku hanya mencintaimu tanpa balasan....
Munafik, aku sadar. aku akan berhenti begitu. aku tahu apa yang kumau, aku mau kamu.
Aku bukan ingin menjadi egois, hanya mencintaimu...
oleh kan gambarmu aku jadikan wallpaper? boleh kan tiap hari aku lihat profilmu?
boleh kan aku mengingatmu terus? boleh ya??? aku begitu karena aku hanya mampu begitu :
love u my little prince ....

Minggu, 24 Juli 2011

Buat yang terakhir


Aku nggak  pernah punya alasan kenapa aku sangat  mencintainya. Dia cowok biasa, hanya itu. Dia suka futsal, dia suka ngeband, dan dia juga kadang kepergok merokok. Dia emang sama aja dengan cowok lain. Tapi orang-orang selalu saja berpikir aku menjadi pacarnya karena dia kaya dan keren. Semuanya salah, aku cinta dia karena aku cinta dia, tidak ada alasan apapun, tulus. Aku harap dia demikian.
2 tahun lalu saat kami kelas 12, dia dikeluarkan dari sekolah karena terlibat tawuran.   Aku sempat depresi berat kenapa dia nakal banget padahal aku selalu jadi juara kelas. Dia dan aku, kita emang beda. Dia suka music rock, aku hanya menyukai music jazz. Aku selalu menghindari makanan pedas, tapi dia malah tergila-gila dengan sambal. Memang berbeda, sangat beda. Bahkan yang aku percaya bukanlah yang dia percaya, Tuhan. Dia hanya anggap Tuhan sebagai rekayasa. Dia anggap Tuhan hanyalah pelarian untuk orang-orang yang bersedih dan bodoh. Dia selalu nakal…
@@@
Akhir-akhir ini dia sangat emosional. Keadaan rumah yang memuakan dan tugas-tugas kuliah yang membuatnya gila selalu memancing amarahnya dan membuatnya jadi emosional. Aku paham itu. Dia memang jarang merasakan rumah yang tenang dan damai karena orangtuanya tak pernah berhenti bertengkar. Hanya aku dan beberapa teman ngebandnya yang dapat menghibur dia jika sedang bermasalah. Terkadang aku yang mengerjakan tugas kuliahnya jika dia sedang benar-benar kacau. Aku selalu sabar menghadapinya, membantunya, menghiburnya dengan tuturku yang halus dan pelukan hangat jika dia mulai berteriak-teriak. Dia tampak kuat di luar, tapi jiwanya masih teramat labil.
Dua tahun pacaran kupikir akan membuat dia pengertian denganku, tapi ternyata salah. Sifatnya yang kekanak-kanakan kadang sangat mengesalkan dan membuatku lelah. Aku yang seharusnya marah, tapi malah dia yang memusuhiku. Jika begitu, aku akan membiarkan dia sendiri sampai dia sadar dan  mendatangiku untuk meminta maaf. 
Siang itu dia mendatangi kelasku dan menarik tanganku seusai mata kuliah terakhir. Wajahnya suram, lagi-lagi dia sedang jengkel pada orangtuanya.
“Masalah apa lagi Sayang?” aku bertanya padanya
“Apa susahnya sih ngeluarin duit buat beli mobil?! Toh mobil gue udah butut gitu! Sialan lah….!” Dia bicara keras-keras penuh amarah
“Ssstt… kamu nggak boleh ngomong seperti itu. kamu harusnya bersyukur Deni-ku sayang. Kamu punya mobil juga masih bisa jalan. Banyak orang pengen punya mobil ehh nggak kesampean.” Ceramahku sambil menempelkan ujung jari telunjukku di bibirnya.
“lah itu mah urusan mereka, kenapa nggak kredit ato gimana kek. Gue nggak peduli ama orang-orang itu.” oceh dia terus
“Udahlah mobil kamu juga nggak butut-butut amat, masih bisalah buat ngecengin cewek.” Godaku pada Deni.
Akhirnya dia dan aku sama-sama terkekeh. Lalu dia mengajakku makan siang.
Di tempat makan favorit kami, sebuah restoran Jepang…
“Kenapa kamu mau bertahan sama aku?” tanyanya tiba-tiba padaku
“Ehmm.. kenapa ya? Apa mungkin karena ada lem di kamu makanya aku nggak pindah, hehe” candaku menjawab pertanyaannya
“Ah Hana, berhenti deh ngomong nggak penting gitu.” Kedengaran agak sewot
“Iya iya. Maaf” jawabku
“Iya nggak papa” lalu dia tersenyum. Aku memandanginya, melihatnya seksama. Dia memang sedang menginginkan suasana serius. Lalu aku menjawab
“Aku jawab bercanda karena kamu pasti udah tahu apa jawabannya.”
“Apa?” tanyanya lagi
“Cinta.” Kujawab
“Ahh cinta, iya benar, kamu sangat cinta aku.” Jawabnya lagi
“Kenapa? Kamu nggak percaya?” aku mulai gelisah
“ohh bukan, bukan begitu. Aku sangat percaya. Aku yakin itu bener.” Jawabnya. Seketika saja perasaan gelisah itu menguap.
“Kenapa kamu jadi sangat serius Den?” aku penasaran
“Apanya? Ah biasa aja kok. Terus aku boleh tanya lagi nggak?”
“Iya. Tanya aja.”
“Kenapa kamu cinta aku?” pertanyaan yang baru saja dia ucapkan membuat kau agak bingung. Aku berpikir sejenak. Aku menghela napas, lalu berkata
“Aku nggak tahu”
“Hah? Kok nggak tahu sih? Ayolah… jangan rahasia-rahasiaan gitu.” Dia tidak terima dengan jawabanku
“Aku nggk lagi rahasia-rahasiaan sama kamu Den. Aku jujur. Tadi aku mikir cukup lama, aku bingung waktu kamu tanya gitu. Kenyataannya aku nggak tahu kenapa cinta sama kamu. Aku cuman cinta kamu, iya, itu alasanku cinta kamu.” Jawabku
“Ahh pusing, muter-muter ngomongnya. Nggak menjawab pertanyaanku tuh.” Dia nyerah
“Yah kalo sederhananya sih cintaku nggak beralasan.” Aku sedikit tersenyum padanya saat dia dengan wajah konyol pura-pura ngambek karena jawabanku sebelumnya. Lalu dia membalas senyumanku. Percakapan itu berlanjut tentang apa saja yang kami lakukan di tempat berbeda sampai siang itu.
@@@

Pagi hari, aku bangun dengan sekujur tubuhku terasa linu. Kulihat beberapa helai rambut tertinggal diatas bantal. Aku tidak peduli, segera mengambil air wudhu dan solat Subuh. Tepat pukul 5.30 aku segera bersiap untuk berangkat kuliah. Di teras rumah aku menunggu Deni. Dia bilang akan datang jam 7 kurang. Dia tidak datang sampai pukul 7 lebih. Aku meneleponnya tapi HPnya tidak aktif. Aku memutuskan untuk berangkat sendiri.
Aku membuka jendela di sampingku agar tidak terlalu pengap. Dari dalam bis aku memperhatikan kendaraan di sekitarku. Saat itulah, aku melihat sepasang laki-laki dan perempuan yang berboncengan. Mula-mula aku tidak menghiraukannya. Tapi aku mulai mengenal laki-laki itu. memang dia memakai helm, tapi aku hafal betul bentuk tubuhnya, sepatunya, kemejanya, itu Deni. Dia bersama seorang perempuan berpenampilan sangat menarik dengan sikap mereka yang begitu mesra. Aku berteriak memanggilnya dari dalam bis. Tapi mereka telah melaju meninggalkan tempatku berada. Dadaku sesak, aku menangis, bahkan aku tidak peduli dengan orang-orang disekitarku yang sejak aku berteriak memanggil Deni telah memeperhatikanku.
Aku berjalan dengan terseok-seok menuju ruang kelas. Mataku masih lembab, aku ingin bertemu Deni. Aku ingin tahu apa benar tadi yang kulihat adalah Deni. Aku meneleponnya lagi, masih tidak aktif. Aku benar-benar sedih. Lalu aku jadi malas ke kelas, aku duduk di taman. Hingga tiba-tiba seseorang mendekapku dari belakang. Aku berbalik dan kulihat Deni berdiri disana.
“Loh, kamu kenapa?” Deni panic melihatku menangis. Aku diam. Aku benar, yang kulihat tadi adalah Deni. Melihatnya dengan pakaian yang sama dengan laki-laki tadi, aku yakin. Aku bangkit dan pergi meninggalkannya. Dia berlari mengikutiku, dia masih bingung dengan sikapku dan terus bertanya aku kenapa. Lalu aku bicara sambila amrah-marah padanya
“Kemana kamu pagi ini?! Kenapa kamu nggak jemput aku?! Kenapa HP kamu mati?! Kenapa hah?!!”
“A..a..ku tadi nganter mama ke rumah Eyang, maaf. HPku juga lupa aku charge.” Dia berbohong
“Jujur Den…” suaraku lirih.
“A..a..ku jujur kok. Kenapa sih kamu?” jawabnya lagi, kalimat bohong yang mengecewakanku.
“Aku lihat kamu jalan sama cewek lain pagi ini. Aku nggak tahu siapa dia, dan jelas bukan mamamu, aku lihat Den. Kamu bohong sama aku, aku kecewa. Kamu nggak usah menyangkal lagi.” Aku berkata padanya
“Oke, iya bener aku pergi sama Sharon. Dia pacar baruku. Kamu tahu kenapa aku gini? Aku bosen sama kamu tau!” jawabannya yang semakin membuatku sedih.
“We were done!” aku berteriak di hadapannya.
“Oke.” Jawabnya mudah.
 Aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku menangis melihat tubuh angkuhnya itu berjalan meninggalkanku. Aku masih mencintainya, dia yang baru saja berlalu.
@@@
Hatiku remuk, 2 tahunku terasa sangat sia-sia. Dia tega, sangat tega padaku padahal aku selalu mencintainya. Aku larut dalam kesedihanku. Ada perasaan benci, dendam, menyesal menggelayuti jiwaku. Sampai aku pun tidak sadar bahwa ada penyakit yang perlahan menggerogoti tubuhku, Leukimia. Ketika aku merasa sangat kesakitan, aku ke dokter dan terkejut mendapati hasil pemeriksaannya adalah Leukimia.
Rambutku yang hitam dan indah perlahan tanggal dari kulit kepalaku. Rasa pusing dan mimisan pun telah menemani hari-hariku.  

makan kyukpiuk alias krupuk

hari ini, gue niat mau nonton acara lomba 17.an di kampong gue. gue pikir yyang bakal ikutan cuman anak-anak maksimal SMP. hehe lahdalah ternyata gue juga diseret buat ikutan lomba, ceilehh
sebenernya gue siap dan suka buat ikutan lomba, gue cuman khawatir ama GIGI gue ajah hehe
oopsss, hebat loh nih, ajai, gue meang,, entah karena gue emang hebat apa gue doyan and laper,, yeyeye berkasil oye :D

Jumat, 22 Juli 2011

ultah gue

nothin special, temen2 nggak tau gue ultah hehe
cuma 2 orang temen SMP gue yang ngucapin. tapi gue seneng, bukan apa2 lah,., yang penting gue bahagia dan sehat.
wish me all the best
i love my life
:)

Jumat, 01 Juli 2011

Kerangka LIBURAN


-          Berangkat dari rumah jam setengah 7 pagi, hari sabtu 25 juni
-          Ketemuan di sri ratu ama Nepi, Wus, Rineta
-          Jalan ke rineta’s home dulu
-          Ke stasiun poncol jam 8 kurang 15, jalan kaki 15 menitan sampe jam 8an
-          Ngantri beli tiket 5 pandanwangi
-          Sambil nugu wus beli, bertiga makan, habis beli dia ikut nimbrung
-          Makan sambil dilemma knapa Nila nggak dateng2
-          2 tiket 3 dan 2 orang, 3 orang masuk (gw, Wus, Rineta), nepi diluar
-          Kereta 5 menit lagi dateng, jam 9 lebih 15an
-          Nila dateng bareng kereta dateng, nggak pake jilbab
-          Berangkat dari stasiun jam 9.20an
-          Nggak dapet tempat duduk, duduk di bawah
-          Sampe solo jam setengah 1, solo balapan
-          Beli tiket ke jogja , niat prameks, tapi dapet madiun jaya
-          Berangkat jam 3 kurang 15
-          Sampe jogja jam 4 stasiun tugu
-          Nyasar belok kiri dari stasiun
-          Tanya pak pol
-          Balik lagi ke stasiun jam 5 , ternyata malioboro cuman sbelah kanan dikit
-          Nyari tempat nginep
-          Maghrib, rencana gag tidur di penginapan, pada penuh dan mahal
-          Jalan2 ke malioboro, alun2 jga
-          Nepi ma nila bikin tato
-          Smpe jam setengah 12, tidur di stasiun
-          Nepi ma Nila kenalan ma Bang Dian, nyari es teh
-          Jam setengah 3 gw, Wus, Rineta bangun dan Nila hape.a ilang
-          Setengah 4, gw ma Nepi tidur d musola
-          Solat subuh, trus tdur lagi
-          Jam setengah 6 siap2 pulang
-          Pesen tiket prameks ke solo jam stengah 11
-          Sebelumnya jalan2 lagi k malioboro
-          Beli bakpia, naek becak sebecak berlima bayar 5rb
-          Ke stasiun jam 10 kurang
-          Kereta Prameks dateng jam 10 lebih dikit
-          Berangkat k Solo jam 10.35
-          Nyampe Solo jam 12.45
-          Beli tiket pandanwangi , brangkat jam 2
-          Kereta rusak, turun lagi trus makan
-          Kereta ganti dateng jam 4an kurang
-          Nyampe semarang jam setengah 7 stasiun poncol
-          Naek isuzu sama Wus dan nyampe rumah jam 7
-           
-           
-           

Kamis, 23 Juni 2011

CRAZIER
By : Norma Handayani

Aku memang benar-benar gila…
Bagaimana semerbak wanginya mampu buatku mengaguminya
Bagaimana sebentuk kecil bibirnya sanggup buatku terpana saat dia berkata
Bagaimana jemari-jemari lentik itu mampu menggetarkanku  kala bersalaman dengannya

@@@
Aku jadi muak jika dia hanya diam saja di meja kantin. Tampak seperti orang bodoh  yang bahkan  tidak mampu untuk menghitung 1 + 1 = 2. Dia hanya termenung sejak 15 menit 24 detik yang lalu. Hanya sendirian duduk di meja kantin tanpa menyentuh semangkuk mie instan yang dari tadi dipesannya. Sepertinya dia ada masalah. Dia kenapa??? Aku bertanya sendiri dalam hati. Bertanya-tanya tanpa melepaskan satu detikpun mengalihkan pandanganku darinya. Aku pun masih setia duduk di kursi pojok kantin ini. Mengabaikan bau asap dari kompor Bu Trimo demi mendapat posisi terbaik memandangnya hari itu.
                Tercium harum parfumnya saat melewatiku. Sebenarnya aku agak pusing mencium bau-bauan kompor bercampur parfumnya, ah tapi aku senang lihat dia siang itu, jadi aku tidak lagi  peduli. Dia berlalu dari kantin dan aku juga segera masuk ke kelas karena suara bel berteriak-teriak  seperti majikan memerintah pembantunya.
                Aku Rini Lestari, siswi kelas tujuh SMPN 1. Baru 3 bulan aku memakai seragam putih biru ini. Tapi sejak hari pertama di sekolah ini, aku telah mengagumi seorang kakak kelas bernama Danu, siswa kelas 9C.
                Hari pertama di SMP, aku kagum dengan sekolah ini. Mataku mengarah ke segala penjuru melihat gedung sekolah yang megah, guru-guru yang ramah, serta kakak-kakak berseragam putih biru yang membaur dengan siswa-siswi baru berseragam SD. Ada beberapa dari kakak-kakak itu yang memakai pin bertuliskan “OSIS”.  Mereka itulah anggota pengurus OSIS SMPN 1. Diantara mereka ada seorang kakak yang pendiam tetapi sangat bekharisma. Aku terus saja memandanginya hingga aku sadar bahwa aku harus segera mencari ruang kelasku. Aku menemukan namaku di papan depan ruang kelas 7A. Aku masuk ke kelas itu, dan tanpa banyak bicara, aku langsung meletakan tasku di sembarang meja. Lalu aku hanya duduk diam di tempat itu tanpa mengenal seorangpun disana.
                Tiba-tiba seluruh siswa segera masuk dan disusul oleh beberapa kakak OSIS. Aku jadi sangat senang karena ada kakak yang berkharisma tadi.
                “Hai, saya Danu Wijaya, dari kelas 9C. Saya bendahara dalam organisasi ini. Saya yang akan jadi pendamping adek-adek selama 3 hari Masa Orientasi Sekolah.” Kak Danu memperkenalkan diri. Dia meminta seluruh siswa baru di kelas untuk memperkenalkan diri.
                Tiba saatnya aku memperkenalkan diri. Aku masih ingat saat langkah-langkah kecilku menuju depan kelas, wajahku merona, aku jadi sangat malu ketika Kak Danu menatapku dengan sorot matanya yang begitu tajam. Kalimatku terbata-bata, padahal biasanya aku sangat lancar  berbicara di depan orang banyak. Sejak itu aku sadar, aku cinta Danu.
@@@

                Walaupun aku sangat mencintainya, aku tak pernah berani untuk berbicara dengannya. Jangankan bicara, menatapnya ketika kami berpapasan di koridor kelas tujuh pun aku ragu. Dan benar jika hati adalah hati, diam mendekam dalam kesunyian. Kadang nurani berteriak, bergejolak untuk mengatakan cinta, lalu mulutku jadi kelu. Entah meragu, malu, aku tak tahu. Aku hanya menjadi penggemarnya, sembunyi dari pandangannya, mengamati dia dari tempat yang dia sendiri mungkin tak akan pernah menduga. Mencoba merasuki kehidupannya melalui kebungkamanku, hanya itu caraku.
                Kadang moodku berubah dengan cepat hanya dengan membaca status akun jejaring sosialnya. Tiba-tiba aku tersenyum geli membaca kalimat-kalimat keluhan yang dia ketik ketika nilai Geografinya buruk. Atau kadang aku jadi begitu sedih membaca deretan huruf berisi kekecewaannya pada seorang perempuan, Alfara.
Aku agak  sedih saat dia punya pacar, namanya Alfara anak kelas 8G. Lagipula aku bisa apa, dia bahkan tak kenal aku. Aku tak mungkin mendekapnya, tersedu di bahunya untuk meninggalkan Alfara, aku bukan siapa-siapa.  Aku jadi tidak ikhlas melihat dia dengan orang lain. Sebenarnya aku bukan ingin jadi orang egois, tapi aku sangat ingin memilikinya, entahlah.
@@@
                Detik berjalan perlahan berganti menit, menit melangkah menuju jam, jam demi jam menjelma dalam hari. Waktu berlalu begitu cepat, dia akan lulus SMP. Aku mulai khawatir kehilangan dia. Aku jadi takut tidak bisa melihatnya seperti hari-hari kemarin.
                Ternyata selulus dari SMP dia melanjutkan di SMA yang dekat dengan SMP. Dia kadang datang ke SMP, dia melatih  Pramuka, setidaknya itu membuatku bahagia. Aku dengar dia telah putus dengan Alfara, lalu dia taruhan tidak akan  pacaran selama SMA. Tapi taruhan itu tidak ditepatinya. Dia pacaran dengan Rani, siswi yang seangkatan denganku. Saat itu aku dan Rani duduk di kelas 9.  
@@@
Tangis bahagia membuncah saat diumumkan bahwa seluruh siswa SMPN 1 angkatanku lulus. Di sela-sela kebahagian itu, aku jadi begitu merindukan Kak Danu. Aku ingin sekolah di tempatnya sekolah saat itu, SMA 6. Tapi nasib berkata lain, aku melanjutkan ke SMA 7. Meskipun jauh dari pandanganku, tapi cintaku akan terus hidup meski kadang dia memadamkannya dengan sikapnya yang dingin padaku, aku tak peduli. Karena bagiku itu tidak berpengaruh apa-apa.
Ada saat-saat aku ingin meredam rasa ini. Tapi namanya, raut wajahnya, dan  segala tentangnya terus memacuku untuk ingat dia. Aku berusaha untuk lupa, tapi akan jadi luka, aku memang menggilainya.
@@@
SMA 7, sekolah baruku. Sekolah ini mampu menggodaku untuk aktif dalam OSIS. Sejak hari pertama menginjakkan kakiku sebagai siswi SMA di sekolah ini, aku telah berkeinginan untuk menjadi pengurus OSIS. Masa-masa pengenalan sekolah berlalu begitu cepat. Aku dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan teman-teman yang baru pula. Ada hal yang sangat mengganjal dalam hatiku. Ratusan siswa baru dan senior-senior di sekolah ini bahkan tak mampu memudarkan rasa cintaku pada Kak Danu. Mereka hanya seperti tetesan air yang membasuh permukaan berlilin. Percuma. Aku memang hanya cinta Danu.
@@@
OSIS yang membuatku bertemu lagi dengan Kak Danu…
Sebagai pengurus OSIS yang berhubungan dengan Humas, aku mempunyai tugas untuk menciptakan hubungan sosial yang baik dengan sekolah-sekolah lain. Kak Marenta, ketua OSIS SMA 7 menugaskanku untuk mencari koneksi dengan pengurus OSIS SMA lain.
                Saat aku menghubungi temanku yang bersekolah di SMA 6, dia memberiku nomor HP yang katanya adalah nomor salah satu pengurus OSIS SMA 6. Aku menghubungi nomor itu.
                “Hallo..” suara itu menjawab panggilanku
                “Hallo selamat sore, saya Rini Lestari dari SMA 7.” Aku menjawab salamnya. Sebanarnya hatiku benar-benar berdebar tak keruan. Suara yang berwibawa itu sungguh membuatku tercengang. Desah nafas yang begitu kukenal. Penekan di tiap kata yang aku rindu. Suaranya, Danu Wijaya.
                “Iya, Rini. Saya Danu, dari SMA 6. Ada apa?” dia menjawab sopan.
                “Begini Kak, OSIS SMA 6 dan 7 mungkin bisa bekerjasama dalam banyak hal yang bermanfaat. Kita dapat bersama-sama mewujudkan peningkatan intra maupun ekstrakurikuler. Saya mewakili OSIS SMA 7 ingin mengajak teman-teman SMA 6 untuk mewujudkan kerjasama itu.” Jawabku
                “Cukup menarik. Ngomong-ngomong kamu kelas berapa?” tanyanya
                “Saya baru kelas sepuluh Kak. Dan pasti Kak Danu kelas duabelas” jawabku
                “ehhmm, iya. Kok tahu?” dia jadi penasaran
                “ohh, tadi kebetulan nebak aja.” Jawabku seadanya,  tampak gugup.
                “yasudah, nanti akan saya sampaikan kepada teman-teman OSIS SMA 6.” dia menimpali.
                “Terima kasih, saya tunggu kabarnya Kak.” Salamku terakhir
                “Sama-sama..” jawabnya singkat. Telepon dimatikan, aku melonjak girang di dalam kamarku. Aku tidak pernah merasa sebahagia ini, mendengar suaranya yang mampu menggetarkan jiwa, ahh aku jadi benar-benar merindukannya, aku hampir saja menangis bahagia.
                Tuhan memang begitu adil, Dia ciptakan saat-saat yang menjengkelkan ketika aku melihat  Danu bersama orang lain, tapi kini Dia juga menciptakan takdir indah ketika aku mampu mendengarkan suara merdu Danu lagi.
                Kapan aku mampu memilikimu ?
                Aku sudah menunggu lama
                Sesungguhnya aku hanya mencintaimu
                Mencintai kamu tanpa kemunafikan
                Aku perempuan biasa, aku tak ingin tampak luar biasa
                Sadarkah kamu?
                Kamu yang kupilih….
@@@
                Danu memang telah bersama Rani, tapi kebersamaan itu hanya sesaat. Kini dia berpindah hati pada seorang perempuan bernama Nada. Aku memang benar-benar terpukul. Harapanku untuk memilikinya sekali lagi remuk. Susunan puing yang kemarin runtuh lalu bersatu harus hancur lagi, sekali hantam dengan kabar “Danu pacaran dengan Nada”.
                Cukup bersedih, tapi aku tulus mencintainya. Ketika dia bahagia, saat itulah aku merengkuh kebahagiaan walau dia bukan milikku. Sebenarnya aku menyimpan rasa yang hina. Perasaan yang tumbuh tidak pada tempat seharusnya ia tumbuhi. Aku jadi seperti lumut di tembok rumah. Tampak hijau dan cerah, tapi sesungguhnya jahat karena perlahan menghancurkan tembok. Aku jadi lumut yang jahat jika terus mengganggu Danu padahal dia hanya mencintai Nada saat ini.
@@@
                Aku mengumpat sesal pada diri sendiri. Kenapa aku jadi tidak mampu menyimpan dan mengubur rasa cintaku pada Danu. Aku jadi sangat ceroboh dalam berkata. Aku jadi benar-benar bodoh mengaku mencintainya, aku jahat pada Nada. Aku memang menyesal mengenai pengakuanku pada Danu tentang rasa cintaku, tapi entah kenapa aku jadi sangat lega. Aku memang menyesal, tapi aku menikmatinya. Sungguh…
                Aku jadi sangat dekat dengan Danu sejak telepon pertama dulu. Aku menjadi bahan gossip di sekolah. Ada rasa malu dan bersalah menghampiriku. Seberani apapun aku mengungkapakan cinta, tetap saja aku berdosa, dia milik orang lain. Aku memilih mengalah dengan berdusta.
                “Itu hanya gossip kok Han, kakak kelas SMP yang aku suka dulu itu  bukan Kak Danu.” itu yang kukatakan ketika Hana mengejekku tentang kedekatanku dengan Kak Danu. Aku hanya tersenyum konyol ketika dia menolak pernyataanku. Aku segera berlalu agar dia dan kawanan gosipnya tidak menyerbuku dengan amunisi pertanyaan yang pedas.
@@@
                Danu, aku hampir lelah menantimu…
Sore yang hangat, ketika Kak Danu meneleponku. Dia mengucapkan salam dengan suaranya yang berat tetapi tak pernah kehilangan wibawa,
                “Sore Rin..”
                “Iya Kak? Wah tumben sore gini nelpon? Ada apa?” jawabku.
                “Ehm.. nggak boleh ya? Aku matiin sekarang deh.” Dia menanggapiku
                “Eh bukan gitu, bercanda doang juga. Serius nih, ada apa loh?” aku jadi khawatir
                “Ehm… aku putus” dia menjawab dengan suara putus asa
                “Ha? Kapan?”  aku agak kaget.
                “Sebenarnya sudah sejak seminggu yang lalu” dia menjawab.
                “But, Why?” aku menanyakan alasannya
                “I can’t tell you. Sorry..” dia bungkam tentang alasan mereka putus.
                “Oke, don’t worry. Calm down my Dear..” aku dengan tidak sengaja memanggilnya begitu. Detik itu juga kami jadi sama-sama diam tapi teleponnya tidak ditutup.
                “Maaf..” ucapku polos memulai lagi
                “Ah tak apa. Maaf aku jadi diam tadi. Aku sedikit terkejut.” Dia menjawab
                “Aku..” kalimatku terputus
                “Dek, kamu di rumah?” dia dengan cepat mendahului bicaraku
                “Iya” jawabku singkat
                Tutt.. suara telepon dimatikan. Jujur aku masih sangat penasaran kenapa dia memlih berpisah dengan Nada. Tiba-tiba saja ada perasaan bahagia di hatiku. Ternyata aku memang masih sangat menantikan saat-saat dia membalas perasaanku. Sungguh aku mengharapkan itu. Tapi aku juga khawatir alasan mereka putus adalah aku. Dadaku sesak, aku jadi bingung. Aku harus senang atau aku harus khawatir dan merasa bersalah?
@@@
                Diam, hening menunggu apakah Danu akan meneleponku atau setidaknya mengirim SMS padaku. 5 menit, 10 menit, 15 menit, aku jadi lelah menunggu telepon dan SMSnya. Aku beranjak dari kursi kayu di teras rumahku, tempatku duduk saat ini. Aku hendak mengambil earphone di kamar ketika suara kendaraan Danu terdengar mendekati rumahku. Aku urung masuk ke dalam rumah.
Aroma tubuhnya, parfum yang tak berubah sejak aku mencintainya di kelas tujuh, masih sama. Sepoi angin sore menerbangkan keharumannya di sekitar rumahku. Dia masih sama, dengan senyum mengulum di bibir manisnya, hidung mancungnya, bola mata coklat yang berbinar-binar penuh semangat, jemari lentiknya, serta suara nafasnya yang seolah bertaut dengan jantungku yang makin berdebar. Dia yang kucinta, Danu Wijaya.
Kini dia mendatangiku, menjawab kesabaran yang aku beri selama ini. Dia berdiri dekat denganku, merengkuh satu persatu jemariku yang kecil dalam genggaman tangannya yang hangat. Matanya menatap lekat pada mataku. Kami berpandangan dan dia menarikku dalam pelukannya. Lalu bibir-bibir manisnya mulai terbuka, dia berkata
“Aku sangat mencintaimu. Aku baru sadar bahwa hanya kamu yang mampu mengerti aku. Hanya kamu yang begitu menerimaku apa adanya, bahkan kamu begitu setia menungguku Dek…”
Aku masih diam hanyut oleh kebahagiaan. Tapi perlahan mataku yang berbicara, butiran bening mengalir dari mataku membasahi bahu Danu. Aku menangis bahagia. Aku memang hanya mampu begitu. Aku tidak bisa berkata-kata karena terlalu bahagia. Kami jadian. Penantian yang tak pernah aku sesali. Aku cinta kamu Danu…..

Senin, 23 Mei 2011

dilema si binan


DILEMA SI BINAN

Gue punya temen yang gilanya minta ampun. Namanya Bolang, tapi yang asli sih Sodiq. Dia menyandang gelar ketua Asis (Asosiasi Autis) di kelas gue. Kelakuannya yang bener-bener kayak  orang cacat mental telah ngebantu dia berhasil dapet tuh gelar. Kali ini gue juga bakalan bahas banyak sisi minus dari kelas gue tersayang ini.
Sebagai cewek normal yang lemah lembut dan tanpa ke-CACAT-an-MENTAL, gue cuman bisa mengaku bangga dengan kelas gue yang super duper lemper. Ini opini gue, jadi terserah lu pade terima ato kagak, terutama kelas Scooter-One.
Organisasi Kelas CACAT (palsu, jadi yg pengurus beneran jangan monyong) :
1.       Ketua : Bolang
Sebagai ketua Asis (sekali lagi gue bilang : Asosiasi Autis). Dia berhak mendapat jabatan ini selama 24jam nonstop selama 4 tahun karena telah memenuhi criteria ke-CACAT-an-MENTAL dengan stadium ke-5.
2.       Wakil : Mahdi
Don’t judge by the cover. Kayaknya nih kalimat ampuh gila buat kejadian ini. Meskipun nih anak ganteng (biar gue kagak munafik lah), dia kagak pernah memperlihatkan sisi warasnya terhitung sejak gue inget kapan dia kagak waras. Sehingga dengan menimang-nimang, kami (kelas CACAT) menganugerahinya gelar PAK-WAKTU (WAkil-keTUa). Selamat selamat !!
3.       Bendahara
Karena keuangan di kelas kami selalu seret, makanya kagak ada yang ngaku  jadi bendahara. (lagian mereka juga kagak kerja kalo gini mah).
4.       Sekertaris : Maman
Si cowok bahenol yang satu ini bakalan bikin lu pade tergoda. Sebagai cowok ter-semox se-kelas, doi emang pantes jadi sekertaris Asis, cause lu kan pada taug kalo kebanyakan sekertaris itu biasanya amat sangat Sexy. Maka dari itu dia punya semboyan “sekali melambai dua tiga banci mengikuti”.

Sekian tadi struktur organisasi Asis. Tapi apa sih sebenernya Binan? Lu bkalan taug sebentar lagi.
Binan, binan di taman yang selalu merayu, wekeke.
Berkedok ke-AUTIS-an, mereka (beberapa cowok bulan ini gue di Asis) menyembunyikan kenyataan bahwa mereka adlah BINAN_KALENGAN. Sejak beberapa bulan ini gue terus-terusan aja mengamati perkembangan kelakuan mereka. Sebenernya agak-agak susah mencoba menarik benang  kasur ehh salah menarik kesimpulan dari perilaku mereka. Mereka kadang amat sangat jenius, tapi kadang kebalikannya jadi  T O L O L beuudtt (biar mirip tulisannya Rinetta geto loh, hihi).
                Dan dengan semangat 45 gue udah berusaha cari tahu apa aja yang mereka kerjakan dalam ASIS ini. Oh Damned! Mereka ternyata saling beradu rayu, huhuhu. For example : - m

Sabtu, 21 Mei 2011

buat yang Naru sayang

Tuhan, ini doaku....
bolehkah aku memiliki hatinya?
tolonglah
aku hanya meminta sedikit cinta darinya
secuil kasih sayangnya yang besar kepada-Mu
Sungguh Tuhan
aku tak akan menyakitinya
aku hanya akan mencintainya dengan tulus
tanpa kemunafikan
aku hanya akan menjaga hatinya, bukan untuk memenuhi keegoisanku
tapi karena aku cinta dia 

PINTER

kapan ya gue jadi pinter dan bikin orang-orang pada kleper-kleper kagum ma gue? hedeh -__-"?
kalo dia emang pinter, hebat ! kadang gue terkagum-kagum, kadang juga muak sendiri , argh persetan...........


ADEK

PART 1
Gue selalu bertengkar sama tu anak. Dari masalah tipi ampe masalah makanan, dari masalah ringan sampe masalah nggak penting, kayaknya sama aja deh. Umurnya 10 tahun, kelas 4 SD sekarang. Hobinya melototin tipi dari bangun tidur sampe tidur lagi, dan yang ditonton pasti Spongebob dan kawan-kawan melulu. Serasa hidup gue penuh ama suaranya si Sponge itu, sial.
                Pagi hari….
                “mandi sono!” gue teriak ke kuping adek gue.
                “apa deh ya, ntar ah ini si Sponge nya lagi kena lumut. Ngatur aj lo! Brisik!” bales si adek
                “lah lo gue suruh malah balik marah, kupret, dasar tengil, sono sarapan lumut sekalian!” gue pergi dari singgasana alias ruang tipi adek gue.
                Apalah dikata, gue punya adek cuman seekor, dan itupun geblegnya kgak ketulung. Nih ya, jaman SD seumuran dia dulu, gue rangking 2 di kelas, lah adek gue rangking 2 ditambah 10 coba. Dan itupun rekor dia, bujug!
                Oke, mari kita kupas pangkas tentang dia. Namanya Agung Gunawan. Tapi gue biasa manggil dia Tengil. Lahir tanggal 28 Oktober 2000. Dengan cirri-ciri fisik : Laki-laki, kaki 2, tangan 2 juga, hidung 1, lubang hidung 2 gelap, tompel ato andheng-andheng ato apalah itu di samping mata kiri, mata minus 3 tapi pake kacamata minus 2, de-el-el…
Gue nggk pernah ngerti maksudnya dia make kacamata kayak gitu, dia slalu jawab “dibiasakan saja”

PART 2
Siang hari
Sebagai anak kelas 4 SD yang payah, dia selalu pulang sekolah tepat waktu. Dan hal yang pertama yang dia cari sesampainya di rumah yaitu….. R E M O T ! apalagi, ya remot tipi lah.
                Nah adek gue ternyata juga ada sisi pinter, entah itu pinter ato cerdik, ato mungkin otak tipu. Ntar tuh ya siang hari pulang sekolah dia nonton tipi sampe jam 2an. Habis itu dia sok ngantuk, terus tidur-tiduran gitu deh. Dia tidur pas waktunya buat berangkat ngaji, jadi deh Ibu gue kagak bakalan ganggu dia, soalnya dengan alasan “kasian, kecapekan, biar deh tidur,”
Batin gue, kampret.. orang dia cuman pura-pura biar kagak ngaji, dasar Tengil…
Tapi gimanapun juga gue  sayang Tengil…
PART 3
Malem itu gue ama Tengil sepedaan keliling komplek buat mastiin kalo kampong gue aman (sok jagoan lah). Pas nyampe di jalan yang turun gitu, gue serempatan ama motor dan gue kepepet  sampai pinggir jalan, padahal disitu ada lubang. Sontak aja gue kelempar ke depan dan luka sana sini sampe berdarah-darah. Dan prahnya adek gue kagak tahu kalo kakaknya yang cakep ini jatoh. Dia terusan aja genjot sepeda dan makin jaoh ninggalin gue. Gue coba  berdiri dengan luka parah di wajah. Orang-orang pada nulungin gue tuh. Dan gue langsung aja minta orang-orang buat manggil bapak gue yang lagi nongkrong di kampong sebelah. Dan dengan sigap gue dianter ama bapak ke klinik 24 jam, walaupun sebelumnya bapak gue sempet nyasar ke SPBU and bikin orang2 disana jadi bingung plus kaget. Alhasil sampailah di klinik, dan sialnya mereka kagak mampu nolong gue. Dari situ bapak langsung nelpon ibu.
                “bu, Naru jatoh, bibirnya jontor nih, kudu bawa ke RS” bapak gue darisini
                “hah ? sapa jatoh? Ohh ya ya , selamatkan” ibu gue darisana
                Gue sempet aja mikir kalo ibu bakal sedih, dan ternyata pas gue mau ke RS, bapak kagak bawa SIM and STNK, jadi deh balik dulu nyari taksi. Baru deh gue brangkat ke RS (yang konon terbaik di kota) dengan wajah udah kagak berbentuk, itu dianter sama tetangga pula.
                Nggeeenngggggg………………..!! (suara taksi ngebut)
Lahdalah gue sial bener, taksinya malah ngadat di jalan, jadi deh gue naek angkot. Oh My God!
Turun dari angkot, gue bisa jalan gitu aja loh ke UGD, dan bikin panic yang ada disana. Hebatnya lagi adalah dokternya udah pada pulang, huhu.. gue nunggu 3 jam sampe 1 dari banyak dokter semprul itu balik. Beberapa menit di UGD, ibu dateng. Dan herannya gue adlah, ibu malah cerita kalo dia tadi miscomunicasi sama bapak. Dia kira yang jatoh itu tmennya bapak. Dan waktu ibu lari lari keluar, adek gue sempet dipesenin : “bilang sama Naru, jendela sama pintu ditutup, ibu mau jenguk temennya bapak lagi kecelakaan.” Oh, What the hell!! batin gue. Lah adek gue, langsung aja sigap menjawab “yep”
Dan setelah itu adek gue liat ke kamar, kagak ada gue, dia langsung lari ngebuntutin ibu.
                “kok, malah kesini, bilang sama Naru belum?” ibu gue
                “Naru belum pulang” adek gue
                “dasar, mlem gini mlah maen” ibu gue lagi
Sial, pada kagak ngrasain gue lagi di RS sambil cengar-cengir kesakitan….. hati busuk gue berbisik lagi.
Selese operasi jam setengah 12 malem….
Gue pulang naek taksi lagi, dan syukurnya yang ini kagak mogok. Pas sampe di depan rumah tetangga gue, taksi berhenti dan ibu keluar. Ternyata adek gue lagi diungsiin disono.
                Pas adek gue masuk ke taksi, dia malah teriak-teriak kagak jelas sampe kepalanya yang gede itu kena pintu, dasar gebleg. Iya sih, gue serem abis, wajah penuh perban dan bibir jontor. Tapi gue tetep cakep kok, yakin #maksa. Baru deh ibu jelasin kalo gue tadi jatoh dan adek gue tetap meluncur bahagia naek sepeda ninggalin gue. Dan dengan bangganya pas adek gue smpe di rumah tanpa gue di belkangnya, di bilang “gue menang! Kupret kalah! Dia pasti lagi ajojing genjot sepeda ampe kurus! Haha” SIAL!
                Di rumah, pulang dari RS..
                Baru gue sadar kalo tengil sayang banget ama gue.
                Malem itu, gue butuh apa aja selalu diambilin Tengil. Butuh bantuan apa selalu dibantuin Tengil. Dia ada di samping gue sepanjang malem. Gue terharu banget waktu gue mau nelen obat tapi mulut gue kagak bisa minum, Tengil mandangin gue, dia nangis, tapi dia berbalik badan. Dia sabar banget nyuapin gue makan jelly dn minum. Gue bahkan kagak bisa nyedot pake sedotan dan dia pelan-pelan nyedot tuh air trus ditutup ujungnya biar nggak keluar lalu dimasukin ke mulut gue.
                2 minggu kemudian gue baru bisa dibilang sembuh.
                Tapi malah Tengil yang gentian sakit, dia kena tipus. Jadilah di di opname di RS. Dia makin kurus, iya dia keliatan sakit banget. Tengah malem dia sempet koma, gue shock, gue hamper pingsan.
                Sekitar jam 2 malem, dia sadar, dia bilang sayang sama gue
                “Preett., gue sayang lo, lo kakak gue yang jelek banget, kalo gue mati, gue mau bilang ke Tuhan kalo lo kakak yang baik, biar ntar lo dapetin adek yang baik dan gntiin gue.”
Gila, gue nangis sejadi-jadinya. Dan Tengil cuman senyum…
                Tiba-tiba aja keadaan dia down banget, gue teriak-teriak manggil bantuan suster. Dokter dan suster langsung pada dateng dan gue keluar. Dan dari situ gue liat mereka berusaha nyelametin Tengil. Gue sama bapak ibu gue nangis dan  berdoa di luar. Gue liat Tengil kagak bergerak, dia berhenti napas. Gue lesu, gue kagak sadar diri. Yang gue liat adek gue lagi maen sama gue di lapangan bola. Gue liat dia nendang bola itu keras-keras sampe gue pingsan.
                Pas gue sadar, gue liat Tengil lagi senyum sama gue di samping kasur rawatnya. Gue ngucek-ngucek mata gue, itu dia, trus dia ilang gitu aja. Gue cuman berdiri dan memaki diri gue knapa gue jahat sama dia, sering gangguin dia, rebutan remot tipi sama dia. Gue masih mencoba tetep berdiri kuat meski badan gue kerasa kagak kuat. Lalu perlahan gue makin kagak kuat berdiri. Gue sujud di lantai RS. Gue berdoa sama Tuhan.
                Tuhan..
                Aku sayang Tengil, aku pengen dia balik lagi
                Aku pengen dia bisa rebutan remot lagi sama aku, nanti aku akan ngalah deh Tuhan
                Aku juga nggak akan nakal sama dia
                Kumohon Tuhan…..
Lalu tiba-tiba dokter di dalem teriak “Berhasil!”
Adek gue selamat, gue seneng banget, gue pelukan sama ortu gue. Kita masuk ke dalem dan sama-sma meluk Tengil.
                Beberapa hari kemudian…
                Tengil sadar, dia udah mulai gerakin tubuhnya, dia berusaha ngomong. Dia bilang ke ibu “Naruu..” dengan suara lirih
                Gue langsung dateng pas dipanggil ibu.
                Tengil berbisik di telinga gue “lo janji ya kagak ngerebut remot gue.”
Gue cumin bisa kaget dan anggukin kepala. Gimana dia tahu gue janji gitu??
Dia makin sehat dan pulang ke rumah, gue tepatin janji gue. Gue sayang banget sama dia.
I love you my little Brother J